Selasa, 19 April 2011

Proteksionisme??

Indonesia, terletak diantara benua asia dan australia, diantara samudra hindia n samudra pasifik, persis dillintasi garis katulistiwa. Dengan penduduk terbesar keempat didunia, sumberdaya alam melimpah, growing middle class, sounds interesting, maybe?!
Jika ada orang asing mau berinvestasi di indonesia, maka harus dilihat apakah bidang usaha yang ingin mereka geluti bertentangan dengan Daftar Negatif Investasi (DNI) ato tidak. 
Sebagai contoh mudah, apakah jasa perdagangan impor seperti lejel home shopping boleh dimiliki asing? Tentu boleh. Apalagi lejel home ini dimiliki oleh korea. Dalam bidang usaha perdagangan besar impor ini asing boleh bermain dengan kepemilikan saham hingga 100%. 
Dan sebagai contoh sulit, apakah asing boleh berusaha dibidang transportasi umum bertrayek seperti angkot atau metromini?
Dan di kitab suci bernama DNI, dikatakan tidak boleh. Pembatasan bidang usaha dalam DNI terjadi karena perlindungan terhadap "kepentingan nasional".(http://www.setneg.go.id/components/com_perundangan/docviewer.php?id=1829&filename=Peraturan_Presiden_No_76_th_2007.pdf)

Contoh pada 2 bidang usaha yang mirip, tetapi berada dalam lingkup DNI yang berbeda.
Jasa usaha transportasi udara bertrayek dan berjadwal (perusahaan penerbangan garuda cs) dan jasa angkutan darat bertrayek (angkot cs).
Disini kita bisa lihat bahwa ada bermacam2 brand perusahaan penerbangan dan disini perusahaan asing boleh beroperasi, seperti perusahaan bernama cardig, air asia cs.
Bahkan dengan kesepakatan open sky oleh sesama negara asean, malaysia airlines bisa beroperasi hingga husein sastranegara! 
Silahkan cek disini: http://www.malaysiaairlines.com/id/en.html
Siapa yang diuntungkan? Tentu konsumen. Barudak bandung tiasa nonton Formula 1 ato motogp ti Sepang, tanpa perlu ke soekarno-hatta. Maskapai dalan negeri harus memutar otak, memberikan pelayanan yang lebih baik sehingga bisa bersaing.

Tapi ketika kita lihat di bidang usaha jasa angkutan darat bertrayek (angkot cs), TRAGIS!!
Lihatlah realita yang ada sekarang, transportasi darat di indonesia terbengkalai, nyaris jelek semua entah di desa atau dikota. Angkot mogok, bis reyot keropos dinaiki puluhan orang, berjejalan, tidak nyaman apalagi manusiawi.
Siapa yang diuntungkan disini? Itukah "kepentingan nasional"? Ataukah itu hanya kepentingan segelintir pengusaha transportasi?

Dengan adanya kompetisi, setiap perusahaan yang ada akan membuat strategi, bagaimana bisa bersaing dengan perusahaan yang lain? Bagaimana membuat penumpang memilih bisnya atau angkotnya bukan berdasarkan karena bis/angkot itu satu2nya kendaraan yang ada, tetapi karena kendaraan itulah yang paling nyaman, aman untuk dinaiki.
Tapi ternyata tidak ada perubahan apa-apa.
Tapi dengan proteksionisme bernama "kepentingan nasional" ini, rakyat mendapatkan pelayanan alakadarnya.
Saya menulis ini memang karena saya memang pro barat. Saya menjadi pro barat karena saya sudah sangat muak dengan angkutan umum yang ada diindonesia ini. 

Jadi, masih percaya "kepentingan nasional"???!

Selasa, 12 April 2011

Dimanakah channel orang berilmu nonton tivi???

Tivi, entah tabung ato plasma, HD ato analog jadi hiburan yang bisa dibilang gratis (kecuali anda berlangganan tivi kabel). Di tivi anda bisa lihat semuanya, gedung baru DPR, bobroknya anggota DPR, nurdin halid, peristiwa tsunami jepang bahkan untuk meyetel DVD :p
Biaya investasi stasiun tivi non kabel amatlah besar, karena pemasukan mereka berasal dari iklan dan untuk memancing oenonton, mereka harus menyediakan tayangan yang menggigit pula. Sinetron, debat kusir politik atau sepak bola jadi magnet penonton, jadi pendongkrak rating n aliran dana pengiklan. 
Setiap tivi juga punya segmennya masing2, ada yang untuk kelas A, B sampai D. Penggolongan kelas ini bersumber dari tingkat pendidikan sampai tingkat penghasilan. But thats enough, gue ga mau ngomong soal klasifikasi membingungkan itu.
Lalu stasiun tivi manakah yang jadi favorit gue??
Gue lebih suka nonton iklan, terutama iklan rokok. Dengan gaya iklan yang berbeda2 dari tiap merk, iklan rokok menyajikan idealisme, anti kemapanan, kreativitas, kritik, dan imajinasi terhadap dunia ini (mungkin dalam beberapa sisi, mereka utopis) tapi iklan rokok buat gue adalah iklan ternendang dari seluruh isi stasiun tivi itu sendiri.
Btw, gue udah berhenti 8 tahun dari merokok.

Senin, 04 April 2011

Durian yang mahal

Kmaren malem gue lewat suatu jalan di luar kota bogor, disisi jalan yang masih beton itu ada keramaian. Pas gue liat sekilas rupanya ada gelar buah durian murah. Pas sore gue lewat rupanya juga rame. 
Kalo rame, berarti banyak yang datang, terlepas mereka beli apa ngga. Pas gue melewati kios durian lainnya, sepi. Beda banget dari toko sebelumnya.
Trus gue keinget kalo blanja di supermarket raksasa itu, biasanya stand durian ramai, ada aja yang beli. Seinget gue, buah2 itu adalah barang impor dari negeri yang terkenal dengan ekspor buah2annya :p

Kenapa buah impor lebih murah daripada buah lokal??

Logika sederhana adalah barang2 yang diproduksi didalam negeri lebih murah karena ongkos produksi lebih rendah, apalagi pajak impor?? Ga ada!

Tapi ini sebaliknya!! 

Durian lokal tidak lebih murah dari durian impor. Apakah karena kita menerapkan ekonomi biaya tinggi sehingga durian petruk dkk menjadi eksklusif, seperti ferrari sampai sampai tidak terjangkau oleh rakyatnya sendiri??

Tahun 2000an gue sekeluarga pernah hunting durian disekitar tol bogor, pas ditanya harganya, Rp. 200ribuan. Jelas2 kalah sama durian di supermarket raksasa bahkan bila dibandingkan dengan harga tahun 2011.

Sebagai konsumen, gue jelas cari produk yang murah n berkualitas. Meskipun ada kampanye produk dalam negeri, kalomproduk durian lokal lebih mahal daripada durian impor? Was soll ich sagen?

Jadi, slogan2 "gunakan produk2 dalam negeri" menjadi ompong.

Minggu, 03 April 2011

Social media 2011

Seperti bahasan gue sebelumnya soal socialmedia (socmed), maka trend mulai terlihat. Apa trendnya??
Pertama, pembentukan grup bbm berdasarkan golongan2 tertentu (sekolah, kampus, kantor, RT/RW dsb). Dalam obrolannya pasti pada awalnya grup ini membicarakan tppik awal pembentukan grup. Dan kemudian topiknya mulai bergeser hingga obrolan (yang menurut orang2) remeh temeh.
Contoh kalo ada grup bbm dengan latar belakang sekolah, otomatis awal2nya ngomongin masa2 sekolah dulu. Tapi itu dulu, sekarang mungkin udah ada yang nikah n punya anak, so obrolannya melebar ke obrolan tentang bayi, anak dsb. Tapi ketika ada temen di grup bbm itu yang belum menikah, bisa jadi dia tersinggung karena bb-nya bunyi terus n membicarakan topik yang saat itu sedang tidak ia sukai. 
Dan ini adalah cerita nyata.
Banyak orang juga berikrar tahun ini mudah2an bisa lepas dari bb. Karena menurut mereka, obrolan di bbm tidak begitu penting maupun enggan diganggu dengan bebunyian khas bb.
Dan ini adalah cerita nyata.
Dari socmed seperti facebook pun trendnya pun banyak orang yang mulai jarang update status, entah mungkin karena hidupnya yang biasa2 saja, atau hidupnya adalah roller coaster sehingga dia pun bingung, status yang mana yang patut dituliskan.
Bahkan ada yang update status setiap menit. Zzz.
Di facebook banyak pula orang yang mengeluh ataupun memaki yang membuat orang lain pun bosan melihatnya.
Bahkan tak sedikit orang yang berdoa disana. Entah mungkin Tuhan punya akun facebook, jika doanya dikabulkan, Ia akan memberikan jempolnya (like) :p

Jumat, 01 April 2011

sistem operasional baru krl jabotabek

hehe,akhrny perumka atau pt krl commuter jabotabek ga jadi memberlakukan sistem baru buat jalur krl jabotabek yg katanya pakuan bakal dihapus,eko ac n eko biasa (saiton,istilah gw) buka di semua stasiun n ga akan ada lagi salip menyalip kereta seperti yg smua org tahu. Alasanny karena perumka msh butuh masukan dr masyarakat (??)
masukan mah buanyaaaaaaak pak,yg kurang mah menerapkan masukan yg ada.
Kalo masukan dr gw sih mending bikin jalur kreta lagi,ga kesamping tp keatas (double decker ato tingkat) krna kiri kanan jalur kreta biasanya sudah padat. Bikin jalur atas memang investasi yg mahal diawal2,tp setelahnya pt krl commuter ga perlu pusing soal kepadatan jalur. Knpa ga ajak swasta pk mekanisme PPP (private public partnership) n BOT (build,operate,transfer). Jadi swasta yg mbangun,boleh pake stasiun n jalurnya ampe 20tahun,umpama trus kalo masa kontraknya abis,smua aset2nya dikasih k pt krl commuter. P'bangunan smart card yg ada distasiun jg ga jalan. Krna stasiun2 yg ada mayoritas open,jadi penumpang gelap tetep bisa lolos. Jalur yg ada sudah padat,penumpang jg tmbh banyak. Knpa juga ga pesen kereta yg double decker dr pt inka? Jd bisa muat byk. Mungkin impor kreta hibah lebih murah drpd pesen k pt inka,apalagi kreta yg didatengin kreta hibah,perumka cm perlu byr pajak impor n biaya transpor (mungkin). Jadi? Pt perumka n pt krl commuter masih nunggu apa lagi sih?