Sabtu, 09 September 2017

Review Jam Tangan Casio AE-1000W-1AVDF

Jadi cerita awalnya kembali ke masa-masa SMA.
Bukan karena masa itu sering disebut-sebut sebagai masa yang paling indah, namun karena masa-masa itu adalah masa dimana jam tangan G Shock adalah jam tangan yang paling trendi.
Iya, trendi.

Jaman itu adalah era Nokia seri 3 baru muncul, dan mulai naik daun. Aksesoris cowo dahulu cukup banyak terbatas, mulai dari gelang, topi, ikat pinggang (+ gir motor untuk tawuran) juga banyak. Dan ga pake G Shock kayaknya kurang cool.
Sayangnya waktu itu nyokap beliin jam tangan QnQ, bukan G Shock T_T
OH IYA, aksesoris yg dulu gue pake adalah rantai dompet, dan dulu gue cukup dikenal dengan itu, bahkan hingga masuk kampus. *haha.

Masuk kampus, hingga kerja, gue ga begitu mikirin soal jam tangan karena pada periode 1999 hingga 2010, handphone menurut gue adalah sebuah aksesoris, yang lengkap dengan penanda waktu, games, SMS, telepon, radio, hingga senter.

Tahun 2010 gue sempet beli jam tangan quartz bergaya klasik bermerk Excellanc yang dahulu sekali, pernah gue review (link disini). Waktu itu beli karena desainnya yang klasik, ukurannya cukup besar dan harganya sangat terjangkau. 
Overall gue cukup puas dengan ukurannya, visibilitas dan stylenya.

Lompat ke tahun 2016 ketika e commerce di Indonesia mulai booming, dan masifnya iklan Lazada di mana-mana (man, they are good on IMC) membuat gue tertarik dengan jam tangan Casio tipe AE-1000W-1AVDF, 

Naksir? Beli dong! Apalagi waktu itu pertama kali punya kartu kredit.
Singkatnya, I've pulled the trigger.



Setelah paket diterima, lihat buku panduannya yang lumayan tebal, ga dibaca. 
Jam tangan langsung dipakai dan diperhatikan secara seksama, ternyata model ini GA MASUK DALAM SPESIES G SHOOOOOCK! 
*baru sadar.

Setelah beli, penyesalan datang. 
"Yang ini kok ga ada tulisan G Shocknya ya??! Gue pengennya G Shock!!"
.
..
...
Namun setelah beberapa hari dipakai, kok malah jadi suka ya?
Berikut adalah alasan kenapa gue (jadi) suka sama jam tangan ini:

KELEBIHAN:
  • Harrrrrrrga terrrrrrrrjangkau, dibawah Rp 400 ribuan. 
  • Basic feature (dual time, stopwatch, countdown timer, five time alarm)
  • World time visualisation
  • Analog time visualisation
  • Ukurannya "cukup" sesuai diameter pergelangan tangan
  • Visibilitas yang tinggi, dapat terlihat dengan jelas baik di bawah matahari langsung maupun menggunakan bantuan lampu berwarna amber (oranye).
Sekarang gue cukup senang dengan membeli jam tangan ini.
Menurut gue, countdown timer itu lebih berguna ketimbang stopwatch, terutama untuk Pomodoro Technique yang membantu gue fokus dalam bekerja.
Lihat apa itu Pomodoro Technique disini.

Visualisasi world time dan analog display kadang terasa bermanfaat namun tak jarang terasa berlebihan. Kenapa ada analog dan digital display? buang-buang fitur.
Solusinya adalah sering analog dan digital display ini gue set untuk dua time zone yang berbeda.
Gue orang yang lebih suka tampilan visual dan tampilan world time tersebut cukup asyiklah untuk membuat jam tangan ini dipencet-pencet/gonta-ganti time zone hehe.

KEKURANGAN:
Kekurangan dari jam tangan ini hanya satu: permukaan kaca yang rata.



Permukaan kaca dengan tepian yang rata menyebabkan jam tangan ini cukup rawan terkena tepian meja, tergores dinding, terantuk pintu atau terjatuh dari ketinggian yang dapat menyebabkan timbulnya garis-garis halus (swirl) atau mungkin retak/pecahnya kaca tersebut. Kaca depannya juga bukan kaca, namun semacam bahan dari plastik/akrilik yang terasa tipis bila diketuk dengan jari.



Swirl yang terbentuk terlihat jelas apabila dilihat dengan menggunakan sudut pandang tertentu dan melawan arah sumber cahaya. Secara umum visibilitas kaca depannya masih cukup baik.



Meskipun jam tangan ini tergolong jam tangan beater, atau jam tangan yang untuk digunakan sehari-hari, jatuh, tergesek sesuatu dan terkena air tanpa penggunanya khawatir jam tersebut rusak, yaaa semestinya Casio membuat desain produk dimana tepian kaca (sedikit) lebih tinggi daripada permukaan kacanya. Jadi kaca depan bisa "sedikit" aman.


Final verdict: harga terjangkau, tampilan oke, fitur standar membuat gue puas dengan jam tangan ini.

Minggu, 16 Oktober 2016

Review Sepeda Jefferys Bike London Taxi CRB L 26 inch-Cream

Sebenarnya sepeda ini bukan milik gue. Ada orang yang cukup baik membeli, menginapkannya di rumah gue dan meminjamkannya hingga waktu yang (sepertinya) tak terbatas. Mumpung bisa direview, langsunglah malem-malem ngumpulin bahan. Huahahahahahahaha...


Jefferys Bike London Taxi CRB L 26 inch Cream


Desain: London Taxi CRB ini memiliki model city bike dengan low frame sehingga memudahkan pengguna untuk naik, turun maupun berhenti dengan aman dan nyaman. Sepeda ini cocok untuk pria maupun wanita yang ingin tampil chic, dandy or vintage. You named it.

Spesifikasi: London Taxi CRB Cream ini memiliki:
  1. 6 speed Shimano shifter dan rem kanvas depan-belakang. Fitur standar untuk sepeda city bike.
  2. Sepeda ini dilengkapi dengan Front and rear cargo rack yang cukup mumpuni. Cargo rack ini dapat menjadi modal untuk membeli aksesoris lain seperti keranjang sepeda untuk dipasang di bagian depan, atau membeli boncengan anak di belakang. Anak tidak termasuk.
  3. Chain protector, untuk menghindari rok atau celana panjang terkena rantai sepeda,
  4. Stang sepeda model porteur yang dibentuk melengkung ke arah belakang untuk menampung cargo rack di bagian depan.
  5. Seatpost dengan pegas. Yes, seatpost alias jok pengendara ada pegas di bagian bawah sehingga meskipun sepeda ini rigid namun pengendaraan cukup nyaman untuk jalanan ibukota.
  6. Bicycle stand dengan kunci, sehingga sepeda ini tidak mudah roboh.
  7. Bobot: belum sempat ditimbang namun terasa bahwa sepeda ini memiliki berat sekitar belasan kg. Cukup berat.
  8. Jefferys sangat serius dengan sepeda ini hingga menggunakan steel pedal ketimbang plastik. Make sure those pedal doesn't hit your tibia. :D

Riding position: Posisi berkendara yang tegak didukung dengan porteur handlebar membuat sepeda ini cukup nyaman untuk digunakan berjam-jam tanpa takut sakit leher maupun punggung. 

Harga: Menurut pengakuan pemiliknya, sepeda ini dibeli pada saat diskon di sebuah mall ibukota, dengan harga sekitar Rp 3 Jutaan. Sementara apabila kita lihat di website Bhinneka, sepeda ini memiliki harga sekitar Rp 4 Jutaan. Harga sepeda cukup terjangkau meskipun tanpa diskon.


Jefferys Bike London Taxi CRB L 26 inch Cream

Pilihan lain/Kompetitor: Merk Polygon juga membuat sepeda city bike dengan nama Polygon Sierra. Jika dibandingkan antara Jefferys dengan Polygon, maka ada beberapa hal yang membedakan keduanya, yaitu:
  1. Harga: Polygon memberikan harga lebih murah hingga 50%.
  2. Fitur: Polygon memberikan bonus berupa keranjang sepeda depan dan bel sepeda. Bahkan Polygon Sierra Deluxe Sports Lady memiliki front fork, 21 speed dengan harga yang nyaris sama! :O
  3. Desain handlebar: Jefferys memiliki bentuk handlebar porteur yang berbeda bila dibandingkan dengan Polygon sehingga riding experience Jefferys berbeda dan sepertinya lebih nyaman ketimbang Polygon.
  4. Branding: Jefferys memiliki signage London Taxi pada frame nya, terlihat jelas dan tegas. Which is somehow membuat sepeda ini terasa seperti sepeda asal inggris sungguhan. 
Kekurangan: Jefferys bike ini menurut gue memiliki dua kekurangan, yaitu:
  1. Tidak ada bel sepeda. Aneh. Padahal bel sepeda itu semestinya fitur standar.
  2. Front cargo rack terlihat miring (lihat foto). Gue ga tau apakah memang dibuat seperti itu ataukah memang kesalahan produksi? Tanya aaah ke yang punya.